Saturday, March 24, 2018

Earth Hour 2018

Pada hari Sabtu 24 Maret 2018, Earth Hour akan kembali diadakan. Jika biasanya Earth Hour dilaksanakan setiap hari Sabtu pada akhir bulan Maret, pada tahun 2018 dimajukan menjadi tanggal 24 untuk menghormati umat Kristen yang merayakan Paskah. Pada tahun ini, Earth Hour akan dimulai dengan memadamkan cahaya lampu dari pukul 8.30-9.30 malam. Pada tahun ini, tema yang diusung adalah #Connect2Earth. Tema tentang hubungan manusia dengan alam.
via blog.pne.ca
Earth Hour pertama kali diadakan pada 31 Maret 2007 mulai pukul 7.30 malam waktu setempat di Sydney, Australia atas prakarsa WWF Australia dan beberapa pihak lainnya. Earth Hour merupakan bentuk aksi simbolis dalam rangka melindungi bumi dari ancaman perubahan iklim global. Sejak pertama kali dilaksanakan hingga saat ini, sekitar lebih dari 7.000 wilayah dari 187 negara telah berpartisipasi dalam Earh Hour.

Ada beberapa hal menarik seputar Earth Hour, berikut ini penjelasannya:

1. Logo 60+
Tadinya logo Earth Hour hanya 60 saja dengan motif Bumi dengan latar hitam sebagai presentasi dari aksi memadamkan cahaya lampu selama 60 menit. Kemudian logo tersebut ditambahkan tanda "+" sebagai penekanan bahwa setelah Earth Hour diharapkan aksi melindungi bumi terus dilakukan.

2. Dilaksanakan pada hari Sabtu di akhir bulan Maret
Hari Sabtu dipilih karena pada hari tersebut mayoritas orang sedang libur dari pekerjaan mereka. Selain itu, biasanya pada hari libur orang-orang akan memanfaatkan waktu dengan berkumpul bersama. Jadi Earth Hour tidak akan menggangu produktivitas kerja dan dapat dilakukan bersama. Akhir Maret dipilih karena mayoritas negara di dunia sedang mengalami pergantian musim sehingga suhunya cukup nyaman. Selain itu, di akhir Maret rata-rata semua belahan dunia sudah cukup gelap pada pukul 8.30 malam sehingga sensasi Earth Hour akan semakin terasa. Berbeda jika dilakukan pada bulan lainnya, dimana pada pukul 8.30 sebagian wilayah masih terang tetapi di wilayah lain sudah gelap.

3. Efek Earth Hour
Sebagian besar listrik yang kita pakai masih berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara. Sepengetahuan kita, bahan bakar fosil merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui  dan jumlahnya kian menipis setiap saat. Penggunaan bahan bakar fosil juga menghasilkan emisi karbon yang dapat mempengaruhi pemanasan bumi. Solusi dari masalah tersebut adalah kita harus melakukan aksi hemat energi dan menemukan sumber energi baru yang ramah lingkungan. Earth Hour merupakan salah satu contoh upaya untuk menghemat energi. Walau hanya 60 menit, setidaknya kita bisa bayangkan berapa banyak energi dari seluruh dunia yang bisa kita hemat.

Jika diperhatikan, Earth Hour memiliki banyak manfaat akan tetapi kita juga harus bijak saat ingin berpartisipasi. Seperti membiarkan fasilitas umum seperti lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, ruumah sakit, dan fasilitas umum lainnya yang bersifat penting harus tetap dialiri listrik. Semoga dengan Earth Hour setiap orang yang berpartisipasi bisa istiqomah "melindungi Bumi" dan semoga orang-orang yang belum sadar juga akan tergerak hatinya untuk "melindungi Bumi".



Sumber:
http://blog.pne.ca/2017/03/24/earth-hour-2017-changeclimatechange/
https://en.wikipedia.org/wiki/Earth_Hour
https://www.earthhour.org/
https://www.worldwildlife.org/pages/earth-hour
https://www.wwf.or.id/?24701/Lima-hal-penting-di-balik-kampanye-Earth-Hour

Wednesday, March 21, 2018

Hari Tanpa Bayangan 2018 di Indonesia

Pada hari ini, tepatnya Rabu 21 Maret 2018, daerah di Indonesia yang berada di bawah garis equator/khatulistiwa dan sekitarnya mengalami peristiwa hari tanpa bayangan. Bukan hilang karena diambil Gekko Moriah loh ya :)
via https://www.goodfon.com
Memasuki tengah hari, matahari akan berada tepat di atas kepala sehingga benda yang berdiri tegak akan kehilangan bayangannya. Titik puncak matahari terjadi sekitar pukul 11.50 WIB. Selain hilangnya bayangan, pada waktu tersebut matahari akan terasa lebih terik dibanding saat solsticeSolstice atau titik balik matahari adalah ketika matahari berada di titik paling utara dan paling selatan. Solstice menandai puncak musim panas atau musim dingin.

Peristiwa hari tanpa bayangan terjadi karena Bumi beredar mengitari matahari pada jarak sekitar 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari. Garis edar bumi berbentuk agak lonjong sehingga bumi kadang bergerak lebih cepat dan kadang bergerak lebih lambat. Bidang edar bumi disebut dengan bidang ekliptika. Bidang ini miring sebesar 23,4 derajat terhadap bidang equator bumi. Karenanya, matahari tampak berada di atas belahan bumi utara selama sekitar setengah tahun dan berada di atas belahan bumi selatan setengah tahun sisanya. Perubahan posisi tampak matahari menyebabkan perubahan musim di bumi, misalnya empat musim di bagian negara sub-tropis dan musim kering-basah di negara tropis.

Dampak dari peristiwa hari tanpa bayangan adalah terjadinya gangguan layanan televisi kabel dan sinyal radio. Gangguan bisa terjadi selama 2-3 hari sekitar 15-30 menit.

Saat ini sejumlah wilayah atau kota yang mengalami hari tanpa bayangan yakni Pontianak, Bonjol, Bontang, Riau, Mautong (Sulawesi Tengah), Kepulauan Kayoa (Sulawesi Tengah), Amber sampai Gebe (Halmahera Tengah). Daerah-daerah tersebut merupakan area ekuator. Dalam satu tahun peristiwa ini terjadi 2 kali, dan akan terjadi pada 23 September 2018. Peristiwa hari tanpa bayangan, sejatinya bukan hanya terjadi di area ekuator saja. Kota lain di Indonesia juga mengalami fenomena tanpa bayangan tersebut tapi waktunya berbeda. Jakarta termasuk termasuk salah satu kota yang mengalami hari tanpa bayangan. Di Jakarta, peristiwa tersebut sudah terjadi pada tanggal 5 Maret 2018 lalu dan akan terjadi lagi pada 9 Oktober 2018.
via https://inet.detik.com


Sumber:
https://inet.detik.com/science/d-3928093/ingat-hari-tanpa-bayangan-terjadi-siang-ini
http://news.liputan6.com/read/3388405/hari-tanpa-bayangan-21-maret-di-indonesia-akan-muncul-gelombang-panas
https://www.goodfon.com/download/one-piece-shichibukai-the/1440x900/
https://www.viva.co.id/digital/digilife/1018597-hari-ini-bayangan-menghilang-di-khatulistiwa-jakarta-sudah

Sunday, February 18, 2018

Naga dari Indonesia


Saat membaca atau mendengar kata naga, mungkin sebagian dari kita akan langsung membayangkan kadal raksasa bersayap yang bisa menyemburkan api (seperti di serial Game of Thrones atau naga dalam mitologi Tiongkok). Jika selama ini kita hanya mengetahui sosok naga hanya dari film atau buku saja, di Indonesia kita bisa melihat sosok naga yang sebenarnya. Naga tersebut tidak lain adalah komodo. Kita bisa menjumpainya di alam liar Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar populasi komodo terdapat di Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Jumlah populasi komodo pada tahun 2013 sebanyak 3222 ekor dan pada tahun 2015 menurun menjadi 3014 ekor. IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) menetapkan komodo berstatus vulnerable (rentan).

Komodo merupakan kadal terbesar di dunia dengan panjang mencapai 3 m dan berat mencapai 70 kg. Secara morfologis, tubuh komodo sepenuhnya ditutupi oleh sisik, rahang yang dapat terbuka lebar yang dilengkapi dengan gigi-gigi tajam, lidah panjang bercabang, tungkai kaki yang kokoh dengan cakar yang tajam, serta ekor panjang dan besar.

via https://nationalzoo.si.edu
Saat berburu mangsa, komodo lebih mengandalkan lidahnya daripada penglihatan dan pendengaran. Komodo akan menjulurkan lidahnya untuk menangkap partikel-partikel kimia di udara. Partikel-partikel kimia pada lidah akan menempel pada organ Jacobson yang ada di bagian langit-langit mulut untuk kemudian di proses oleh otak. Melalui proses tersebut, komodo dapat mengetahui dimana arah mangsanya. Komodo bahkan bisa mendeteksi bangkai yang berjarak 4 km dari posisinya. 

Di alam, komodo dewasa memakan bangkai, rusa, babi, kerbau, dan komodo lain yang berukuran lebih kecil. Ada beberapa laporan bahwa mereka menyerang dan membunuh manusia. Saat akan memangsa hewan yang masih hidup, komodo akan diam menunggu mangsanya hingga masuk dalam jangkauan serangan kemudian menyergapnya. Jika mangsanya berukuran lebih kecil, mereka akan menggigit bagian leher untuk melumpuhkan kemudian langsung menelan mangsanya. Jika mangsanya berukuran lebih besar, mereka akan menggigit bagian kaki untuk menjatuhkannya terlebih dahulu kemudian menggigit leher untuk kemudian melumpuhkan mangsanya. Komodo memiliki gigi-gigi tajam, melengkung, dan bergerigi. Perpaduan antara gigi tajam, rahang dan leher yang kuat membantu komodo dalam menggigit dan mencabik mangsanya. Gigitan komodo dikenal berbahaya karena air liurnya yang mengandung sekitar 50-60 strain bakteri dan bisa yang berasal dari kelenjar di bagian dalam rahang bawah mereka. Bisa tersebut menyebabkan proses penggumpalan darah terganggu sehingga menghambat proses menutupnya luka, penurunan tekanan darah, kelumpuhan otot, shock, dan hilangnya kesadaran. Jika mangsa komodo berhasil lolos dari serangan, dalam 2-7 hari mangsanya akan mati akibat racun dan infeksi dari luka gigitan tersebut.

via https://en.wikipedia.org
via https://www.nationalgeographic.com
Mulut dan gigi komodo tidak di desain untuk mengunyah makanan. Mereka akan menelan utuh makanannya. Jika ukurannya terlalu besar, komodo akan mencabiknya terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian menelannya. Komodo dapat makan sebanyak 80% dari bobot tubuhnya untuk sekali makan. Setelah makan, komodo tidak akan makan lagi untuk beberapa hari. Sisa makanan yang tidak tercerna akan dimuntahkan. Jika komodo merasa terancam, dia bisa memuntahkan makanannya untuk mengurangi bobot tubuhnya kemudian menghindari ancaman tersebut.

Musim kawin komodo berlangsung antara bulan Mei hingga Agustus. Para pejantan akan bertarung memperebutkan betina. Setelah musim kawin selesai, betina akan mulai meletakkan telurnya antara bulan Agustus hingga September. Mereka bisa bertelur hingga 20-30 butir. Betina akan menggunakan bekas sarang ayam/burung megapod atau menggali lubang untuk meletakkan telur mereka. Setelah 7-8 bulan, telur-telur tersebut akan menetas. Komodo yang baru menetas memiliki bobot rata-rata 100 gram dengan panjang 40 cm. Untuk menghindari predator, komodo kecil banyak menghabiskan waktu di pohon. Mereka memangsa serangga, kadal, ular, dan burung. Setelah mencapai usia 5-8 tahun, mereka akan mulai memangsa hewan pengerat, monyet, kambing, babi, dan rusa. Komodo diperkirakan dapat hidup hingga 30 tahun.

Pada tahun 2006, dilaporkan bahwa seekor komodo di Kebun Binatang Chester, Inggris menghasilkan anak komodo tanpa melalui proses kawin. Dalam istilah biologi, peristiwa tersebut dinamakan partenogenesis. Peristiwa tersebut merupakan partenogenesis pertama pada komodo yang pernah tercatat.




Sumber:
https://duniaotan.com
https://en.wikipedia.org
https://nationalzoo.si.edu
https://www.nationalgeographic.com