Friday, January 31, 2014

Semar dan Punakawan Lainnya (Bagian 1)

Pada tulisan sebelumnya yang berjudul Semar, Sang Punakawan, telah diceritakan tentang Semar dengan keunikan serta keistimewaannya. Selain itu, jika diperhatikan, ternyata di semua cerita wayang versi Jawa selalu ada tokoh Semar. Hal yang membedakan adalah tokoh Punakawan pendamping Semar yang juga memiliki keunikannya masing-masing. Dalam pewayangan versi Surakarta dan Jogjakarta, Semar ditemani "anak-anaknya" yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Dalam wayang golek Sunda, Semar ditemani Cepot, Dawala, dan Gareng. Pada wayang versi Cirebon, Semar memiliki delapan "anak" yaitu, Bitarota, Ceblok, Duwala, Cungkring, Bagong, Bagalbuntung, dan Gareng serta Curis. Sedangkan dalam cerita pewayangan Bali, tokoh Punakawannya adalah Tualen, Merdah, Delem, dan Sangut.

Punakawan versi Surakarta dan Jogjakarta


1. Gareng
Gareng atau Nala Gareng nama lengkapnya merupakan anak tertua Semar. Sebelumnya dia adalah seorang kesatria tampan lagi sakti bernama Bambang Sukodadi yang berasal dari Padepokan Bluktiba. Suatu ketika setelah bertapa dari Bukit Candala, Bambang Sukodadi berniat berkelana untuk menaklukan para raja di dunia wayang. Di perjalanan, Bambang Sukodadi bertemu dengan Bambang Panyukilan yang kemudian diajaknya berduel. Pertarungan berlangsung sengit dan seimbang karena keduanya sama-sama sakti. Mereka terus bertarung sampai fisik mereka cacat tak karuan berbeda dari wujud asli mereka. Akhirnya pertarungan mereka dihentikan oleh Semar yang memberikan nasihat kepada mereka berdua. Mereka berdua akhirnya diangkat menjadi anak oleh Semar. Bambang Sukodadi berubah nama menjadi Nala Gareng sebagai anak pertama dan Bambang Panyukilan berubah nama menjadi Petruk sebagai anak kedua.

wayang Gareng versi Surakarta
(via tokohwayangpurwa.blogspot.com)

Gareng memiliki nama lain, yaitu Nala Gareng (artinya hati yang kering, kering dari kemakmuran, sehingga ia senantiasa berbuat baik), Pancalpamor (artinya menolak godaan duniawi), dan Pegatwaja (artinya gigi sebagai perlambang bahwa Gareng tidak suka makan makanan yang enak-enak yang memboroskan dan mengundang penyakit). 

wayang Gareng versi Jogjakarta
(via tokohwayangpurwa.blogspot.com)

Gareng memiliki penampakan fisik mata juling, tangan bengkok, dan kaki cacat (jinjit sebelah). Di balik kecacatan fisik Gareng ternyata menyimpan filosofi yaitu:
- Mata juling bermakna tidak mau melihat hal-hal yang bisa menimbulkan kejahatan
- Tangan bengkok bermakna tidak mau mengambil hak orang lain
- Kaki cacat bermakna selalu hati-hati dalam melangkah/bertindak
Walaupun Gareng memiliki banyak cacat fisik, tetapi dia memiliki sifat humoris, setia, dan suka menolong. Pada sebuah lakon, Gareng pernah menjadi raja di kerajaan Parang Gumiwang dan bergelar Prabu Pandu Bergola. Dia menjadi raja yang sakti tanpa tanding dan hendak menaklukan para raja dunia wayang. Pada akhirnya atas petunjuk Semar, Prabu Pandu Bergola dapat dikalahkan oleh Petruk dan Prabu Pandu Bergola kembali menjadi Gareng.

wayang Gareng raja Pandu Bergola versi Surakarta

2. Petruk
Petruk merupakan anak kedua Semar. Sebelumnya dia adalah seorang kesatria anak pendeta bangsa raksasa Begawan Salantara. Nama aslinya adalah Bambang Panyukilan. Di daerah sekitarnya, Bambang Panyukilan termasuk orang yang sakti. Pada suatu ketika, dia ingin menjajal kesaktiannya dengan berkelana. Di perjalanan dia bertemu dengan Bambang Sukodadi yang kemudian mengajaknya berduel. Karena kesaktian mereka seimbang, mereka terus bertarung hingga wujud fisiknya menjadi cacat. Pada akhirnya, pertarungan tersebut dilerai oleh Semar dan menasihati mereka berdua. Mereka berdua akhirnya diangkat menjadi anak oleh Semar. Bambang Sukodadi berubah nama menjadi Nala Gareng sebagai anak pertama dan Bambang Panyukilan berubah nama menjadi Petruk sebagai anak kedua.

wayang Petruk versi Surakarta
(via tokohwayangpurwa.blogspot.com)

Petruk memiliki nama lain Dawala (bahasa Jawa dawa artinya panjang, la artinya ala atau jelek) dan Petruk Kantong Bolong. Dari nama Dawala telah menggambarkan ciri fisik Petruk yaitu sudah panjang (hidung, tangan, dan kaki), jelek pula wujudnya. Akan tetapi hal ini bisa diartikan bahwa walaupun jelek, Petruk selalu berpikir panjang yang dalam artian tidak gegabah dalam bertindak. Walaupun fisiknya jelek, Petruk digambarkan memiliki wajah yang selalu tersenyum. Sedangkan Kantong Bolong menggambarkan bahwa Petruk adalah orang yang sabar, lapang dada, dan tidak sakit hati seperti halnya benda yang dimasukkan ke kantung yang bolong akan segera hilang karena terjatuh. Ada juga yang mengartikan Petruk sudah tidak memerlukan/memikirkan harta duniawi karena kantongnya bolong sehingga tidak bisa menyimpan harta benda lagi (hidup sederhanya/secukupnya).

wayang Petruk versi Jogjakarta
(via tokohwayangpurwa.blogspot.com)

Petruk adalah Punakawan yang pandai bicara dan pandai melucu. Selain itu, diantara Gareng dan Bagong, Petruk lebih pintar dan pandai menembang/menyanyi. Sebagai Punakawan, Petruk menerapkan 5M, yaitu momong (bisa mengasuh), momot (dapat memuat segala keluhan tuannya, dapat merahasiakan masalah), momor (tidak sakit hati ketika dikritik dan tidak mudah bangga kalau disanjung), mursid (pintar sebagai abdi, mengetahui kehendak tuannya), dan murakabi (bermanfaat bagi sesama). Dalam suatu lakon, Petruk pernah menjadi raja di Kerajaan Lojitengara dan bergelar Prabu Welgeduwelbeh. Hal ini terjadi setelah dia meletakkan pusaka Jamus Kalimasada di kepalanya sebagai upaya mengamankannya saat kerajaan Amarta dan kerajaan Imantaka memperebutkannya. Prabu Welgeduwelbeh amat sakti dan dapat menaklukan seluruh kerajaan di dunia wayang. Pada akhirnya Prabu Welgeduwelbeh dapat dikalahkan oleh Gareng dan Bagong dan kembali menjadi Petruk.

wayang Petruk raja Welgeduwelbeh versi Jogjakarta

3. Bagong
Bagong merupakan anak ketiga Semar. Asal usul Bagong adalah dia berasal dari bayangan Semar. Saat pertama kali Togog dan Semar diturunkan ke dunia, mereka meminta kepada Sang Hyang Tunggal untuk diberi teman. Sang Hyang Tunggal mengajukan pertanyaan berbunyi, "Siapa kawan sejati manusia?". Togog menjawab “hasrat”, sedangkan Semar menjawab “bayangan”. Dari jawaban tersebut, Sanghyang Tunggal pun mencipta hasrat Togog menjadi manusia kerdil bernama Bilung, sedangkan bayangan Semar dicipta menjadi manusia bertubuh bulat, seorang lelaki yang postur tubuhnya mirip Semar, ia diberi nama Bagong. Walaupun telah lebih dulu bersama Semar, Bagong justru sering dijadikan anak bungsu karena sifatnya yang polos dan kekanak-kanakan.

 wayang Bagong versi Surakarta
(via tokohwayangpurwa.blogspot.com)

Bagong memiliki ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan, yaitu bertubuh pendek, gemuk, dengan mata bundar besar, bibirnya lebar, dan berhidung kecil. Bagong juga dikenal karena gaya bicaranya yang semaunya sendiri, bicara ceplas ceplos apa adanya dan kurang memiliki tata krama dalam berbicara. Digambarkan bahwa penampilan Bagong seperti orang dungu. Akan tetapi ia merupakan sosok yang lucu, tangguh, tabah, selalu beruntung, dan disayang tuan-tuannya.
wayang Bagong versi Jogjakarta
(via tokohwayangpurwa.blogspot.com)


Yang menarik adalah, pada zaman penjajahan Belanda, para dalang sering memanfaatkan karakter Bagong yang suka bicara ceplas ceplos dan semaunya sendiri untuk mengkritik pemerintah Belanda. Oleh karena itu, pemerintah Belanda melarang bahkan menghilangkan tokoh Bagong saat pementasan wayang.


(bersambung)

Monday, January 13, 2014

Sepuluh Filosofi Semar

Dalam kisah pewayangan Jawa, pesan berupa nilai-nilai filosofi sering ditampilkan lewat penuturan bijak Semar kepada orang-orang yang dimomongnya. Nilai-nilai filosofi tersebut bersifat universal dan akan tetap relevan sampai kapan pun sehingga kita juga dapat memahaminya. Secara ringkas, nilai-nilai tersebut dirangkum menjadi sepuluh filisofi Semar.

wayang Semar versi Surakarta
  1. urip iku urup Hidup itu hendaknya memberi manfaat kepada orang disekitar kita
  2. memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara Harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak
  3. sura dira jaya jayaningrat, lebur dening pangastuti Segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya dapat dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati, dan sabar
  4. nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha Berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/kekayaan/kekuatan/keturunan, kaya tanpa didasari hal-hal yang bersifat materi
  5. datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan Jangan mudah sakit hati saat musibah/hasutan menimpa, jangan sedih saat kehilangan
  6. aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut, jangan manja
  7. aja ketungkul marang, kalungguhan, kadonyan lan kemareman Jangan terobsesi dengan kedudukan, materi, dan kepuasan duniawi
  8. aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak celaka Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan berbuat curang agar tidak celaka
  9. aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho Jangan mudah tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah, jangan berpikir gamang agar tidak kendur niat dan semangat
  10. aja adigang, adigung, adiguna Jangan sok kuasa, sok kaya, dan sok sakti

sumber: Hermawan, Deny. 2013. Semar dan Kentut Kesayangannya. Jogjakarta: Diva Press

Sunday, January 12, 2014

Semar, Sang Punakawan

Semar merupakan tokoh pewayangan asli Indonesia karena dalam kisah asli Ramayana dan Mahabharata tidak ada tokoh Semar. Semar dikenal sebagai salah satu punakawan yang berperan sebagai penasihat, pengasuh, teman, dan penghibur. Semar memiliki petuah-petuah bijak dan dapat mengayomi orang-orang disekitarnya. Dalam kisah pewayangan, Semar merupakan pengasuh para kesatria (kebaikan), sedangkan Togog yang merupakan kakak Semar, adalah pengasuh kaum raksasa (kejahatan). Dikisahkan bahwa Semar memiliki banyak keistimewaan. Berikut ini akan dibahas beberapa keistimewaan Semar.

1. Keunikan Fisik Semar
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, yang bisa dibilang sebagai simbolisasi dualisme di dunia. Tubuh Semar bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal manusia dan makhluk lainnya. Semar digambarkan selalu tersenyum tetapi matanya selalu sembab dan mengeluarkan air mata. Penggambaran ini adalah simbol suka dan duka yang selalu menyertai manusia. Wajah Semar terlihat tua tetapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil. Ini sebagai simbol tua dan muda. Semar berkelamin laki-laki tetapi memiliki payudara seperti perempuan. Ini merupakan simbol maskulin dan feminim. Semar digambarkan sebagai penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata. Ia juga digambarkan berdiri sekaligus jongkok. Dapat disimpulkan bahwa Semar adalah simbol manunggalnya "atasan" dan "bawahan".

 wayang Semar versi Jogjakarta
(via tokohwayangpurwa.blogspot.com)


2. Semar Sebagai Dewa
Terdapat beberapa versi tentang asal-usul Semar, namun semuanya menyebut bahwa Semar merupakan penjelmaan dewa. Dalam naskah Serat Kanda, dikisahkan bahwa ada seorang penguasa kahyangan bernama Sang Hyang Nurrasa. Ia memiliki dua orang putra, yaitu Sang Hyang Tunggal dan Sang Hyang Wenang. Karena Sang Hyang Tunggal berwajah jelek, tahta kahyangan diberikan kepada Sang Hyang Wenang. Sang Hyang Wenang kemudian mewariskan tahtanya kepada anaknya, yaitu Batara Guru. Sang Hyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh keturunan Batara Guru dengan nama Semar.
Dalam naskah Paramayoga, dikisahkan Sang Hyang Tunggal adalah anak Sang Hyang Wenang. Sang Hyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti yang merupakan putri dari raja jin kepiting bernama Sang Hyang Yuyut. Dari perkawinan itu, lahir sebuah mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, yang satunya diberi nama Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga Sang Hyang Tunggal kerang berkenan. Tahta kahyangan kemudian diwariskan kepada Manikmaya yang kemudian bergelar Batara Guru, sedangkan Ismaya menjadi penguasa alam sunyaruri atau alam tempat tinggal makhluk halus. Ismaya menikah dengan Dewi Senggani kemudian lahirlah Batara Wungkuhan, Batara Surya, Batara Candra, Batara Tamburu, Batara Siwa, Batara Kuwera, Batara Yamadipati, Batara Kamajaya, Batara Mahyanti, dan Batari Darmanastiti. Si sulung Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta yang kemudian dikenal sebagai Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan terus berlanjut sampai anak cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar menjadi sosok yang sangat ditakuti oleh para dewa sekalipun.
Dalam naskah Purwakanda, dikisahkan Sang Hyang Tunggal memiliki empat orang anak, yaitu Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari tersiar kabar bahwa tahta kahyangan akan diwariskan kepada Batara Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Batara Samba diculik, disiksa, dan hendak dibunuh. Akan tetapi, perbuatan tersebut diketahui oleh Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal kemudian mengutuk ketiga putranya menjadi buruk rupa. Batara Puguh berganti nama menjadi Togog dan Batara Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia menjadi pengasuh keturunan Batara Samba yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu, Batara Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Batara Manan kemudian berganti nama menjadi Batara Narada dan menjadi penasihat Batara Guru.
Dalam naskah Purwacarita, dikisahkan Sang Hyang Tunggal menikah denga Dewi Rekatawati, putri Sang Hyang Rekatatama. Dari perkawinan itu, lahir sebutir telur yang bercahaya. Sang Hyang Tunggal merasa kesal kemudian membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang telur, putih telur, dan kuning telur. Masing-masing berubah menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang telur diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, dan yang berasal dari kuning telur diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari, Antaga dan Ismaya berselisih karena ingin menjadi pewaris tahta kahyangan. Keduanya mengadakan perlombaan menelan gunung dan memuntahkannya kembali. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan tetapi malah mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya mencoba dengan memakan gunung sedikit demi sedikit selama beberapa hari. Gunung tersebut berhasil ia telan tetapi tidak bisa ia muntahkan sehingga tubuhnya menjadi bulat. Mengetahui hal ini, Sang Hyang Tunggal marah dan menghukum mereka berdua menjadi pengasuh keturunan Manikmaya yang justru menjadi raja kahyangan dan bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya kemudian diturunkan ke bumi dan berganti nama menjadi Togog dan Semar.

wayang Batara Ismaya versi Jogjakarta


3. Mbegegeg Ugeg-Ugeg
Setiap mengawali dialog dalam wayang kulit, Semar akan mengucapkan kata-kata yang menjadi ciri khasnya. Kata-kata tersebut berbunyi mbegegeg ugeg-ugeg, hemel-hemel, sak ndulit, langgeng. Arti dari kata-kata tersebut adalah diam, bergerak atau berusaha, makan, walaupun sedikit, dan langgeng atau abadi. Ucapan tersebut terdengar lucu bahkan mungkin aneh, tetapi ucapan tersebut memiliki makna yang mendalam. Kata-kata tersebut kurang lebih menyiratkan pesan berikut: daripada diam (mbegegeg), lebih baik berusaha (ugeg-ugeg), untuk mencari makan (hemel-hemel), walaupun sedikit (sak ndulit), tapi akan terasa abadi (langgeng). Ini merupakan pesan moral supaya manusia selalu bekerja keras mencari nafkah, walaupun hasilnya sedikit namun kepuasannya akan terasa abadi.


wayang Semar versi Cirebon
4. Mustika Manik Astagina
Selain dikenal karena kebijaksanaanya, Semar juga dikenal karena kesaktiannya. Hal ini karena Semar memiliki mustika Manik Astagina. Mustika Manik Astagina adalah pusaka pemberian Sang Hyang Wasesa yang disimpan di kuncung Semar. Pusaka tersebut memiliki kekuatan sehingga Semar terhindar dari rasa lapar, kantuk, asmara, sedih, lelah, sakit, panas, dan dingin. 

wayang Semar versi Surakarta
(via tokohwayangpurwa.blogspot.com)

5. Kentut Semar
Dalam kisah pewayangan, Semar dikenal memiliki kekuatan unutk mengalahkan lawan-lawannya. Semar menggunakan kentut sebagai senjata andalannya. Walalupun bau, kentut tersebut jika tercium oleh lawannya akan membuat mereka kembali ke jalan yang benar. Kentutnya hanya dikeluarkan saat keadaan mendesak. Kentutnya bukan untuk membunuh, tetapi menyadarkan lawannya. Secara simbolis, kentut Semar dapat diartikan sebagai suara rakyat kecil untuk menyadarkan pemimpin mereka yang zalim kepada rakyatnya. 

wayang golek Semar

sumber: Hermawan, Deny. 2013. Semar dan Kentut Kesayangannya. Jogjakarta: Diva Press 

Mudahnya Bayar Pajak Kendaraan Bermotor di Samsat Ciputat

Pada tanggal 7 Januari 2014 saya berencana membayar pajak motor saya dan motor bapak saya. Sebenarnya batas akhir pembayaran pajak motor saya berakhir pada tanggal 12 Januari 2014, tapi mumpung ada waktu kosong saya membayar lebih awal. Karena saya berdomisili di Tangerang Selatan, saya membayar pajak  di kantor Samsat Ciputat yang beralamat di Jl. R.E. Martadinata No.68, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

(via flickriver.com)   

Nah sesuai dengan judul tulisan ini, saya mau berbagi pengalaman karena saya mengalaminya sendiri mudah dan cepatnya proses pembayaran pajak. Saya akan berbagi informasi mulai dari awal sampai akhir prosesnya. 
Dokumen yang harus dibawa adalah STNK asli, BPKB asli, KTP/SIM asli atas nama pemilik kendaraan, map berwarna kuning, dan pulpen bila perlu. Anda bisa langsung ke tempat fotokopi di bagian belakang kemudian penjaga akan mengkopi dokumen yang diperlukan dan menatanya. Anda cukup membayar Rp 5.000 dan dokumen siap diberikan ke petugas di dalam. Tahapannya adalah:
1. Ambil formulir pembayaran pajak di loket 1 kemudian isi formulirnya. Tidak perlu bingung karena sudah ada contoh pengisian jadi tinggal ikuti dan isi berdasarkan data dokumen kita.
2. Naik ke lantai 2 dan taruh dokumen di loket 2.3 untuk didata (Catatan: jika Anda mempunyai masalah seperti saya, yaitu nama di KTP (Trian Rizky Febriansyah) berbeda dengan nama di BPKB (Trian Rizky Febri) sebaiknya Anda sudah membawa surat pernyataan orang yang sama dari kelurahan dan Kartu Keluarga asli yang dilampirkan beserta dokumen Anda). Tunggu beberapa saat kemudian Anda akan dipanggil untuk memperlihatkan BPKB.
3. Nama Anda akan dipanggil di loket sebelahnya untuk mengambil rincian pembayaran pajak kendaraan bermotor Anda.
4. Nama Anda akan dipanggil di loket 2.4 (kasir) untuk membayar pajak kendaraan bermotor Anda.
5. Proses terakhir, nama Anda akan dipanggil di loket 2.5 untuk pengambilan STNK dan KTP/SIM Anda. Selesai.

Untuk teman-teman yang berdomisili di Tangerang Selatan dan biasa membayar pajak kendaraan bermotor melalui agen jasa, calo, dsb., bisa dicoba bayar pajak kendaraan bermotornya sendiri. Hal ini karena prosesnya yang cepat (kurang lebih 30 menit selesai) dan lebih hemat biaya. Bagi teman-teman yang sudah bekerja, mungkin bisa melakukannya dengan datang lebih awal karena kantor sudah buka mulai pukul 07.00 WIB.

SELAMAT MEMBAYAR PAJAK :)