Dalam kisah pewayangan Jawa, pesan berupa nilai-nilai filosofi sering ditampilkan lewat penuturan bijak Semar kepada orang-orang yang dimomongnya. Nilai-nilai filosofi tersebut bersifat universal dan akan tetap relevan sampai kapan pun sehingga kita juga dapat memahaminya. Secara ringkas, nilai-nilai tersebut dirangkum menjadi sepuluh filisofi Semar.
wayang Semar versi Surakarta
- urip iku urup Hidup itu hendaknya memberi manfaat kepada orang disekitar kita
- memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara Harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak
- sura dira jaya jayaningrat, lebur dening pangastuti Segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya dapat dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati, dan sabar
- nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha Berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/kekayaan/kekuatan/keturunan, kaya tanpa didasari hal-hal yang bersifat materi
- datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan Jangan mudah sakit hati saat musibah/hasutan menimpa, jangan sedih saat kehilangan
- aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut, jangan manja
- aja ketungkul marang, kalungguhan, kadonyan lan kemareman Jangan terobsesi dengan kedudukan, materi, dan kepuasan duniawi
- aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak celaka Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan berbuat curang agar tidak celaka
- aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho Jangan mudah tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah, jangan berpikir gamang agar tidak kendur niat dan semangat
- aja adigang, adigung, adiguna Jangan sok kuasa, sok kaya, dan sok sakti
sumber: Hermawan, Deny. 2013. Semar dan Kentut Kesayangannya. Jogjakarta: Diva Press
No comments:
Post a Comment